
Senin, 22 Februari 2010
Minum teh bagi sebagian orang di Indonesia mungkin suatu hal yang biasa, tapi tidak dengan budbahasa dan kebiasaan masyarakat Jepang. Disana minum teh merupakan sebuah tradisi turun temurun yang mempunyai budbahasa dan hukum tersendiri didalam setiap penyajiannya.
Upacara minum teh di Jepang atau biasa disebut dengan istilah Chanoyu (茶の湯) secara harfiah mempunyai arti "air panas untuk minum teh" merupakan sebuah tradisi wacana tatacara menyiapkan, menyeduh, dan menikmati teh hijau bubuk (matcha) di Jepang yang biasa dilakukan oleh para pemilik rumah untuk menyambut setiap tamu yang tiba ke rumahnya. Biasanya dalam tradisi meminum teh ini, dihidangkan pula permen tradisional khas Jepang yang bertujuan untuk menetralkan dari rasa pahit dikala meminum teh.
Tradisi Chanoyu sebenarnya bukan berasal dari kebudayaan orisinil Jepang. Sejarah mencatat bahwa tradisi dari seni meminum teh ini awalnya dibawa oleh orang-orang Budhisme aliran zen dari Cina yang tiba ke Jepang sekitar kala ke-13 M. Meskipun sebagai tradisi yang berasal dari luar akan tetapi teh itu sendiri sebenarnya sudah dikenal luas oleh masyarakat Jepang jauh sebelumnya alasannya teh sudah mulai dibudidayakan di Jepang sekitar kala ke-8 M. Selain tradisi meminum teh, orang-orang budhisme zen juga mengenalkan beberapa budaya lain kepada masyarakat Jepang menyerupai wacana tatacara pembuatan taman pemandangan alam dan seni merangkai bunga yang dikenal dengan istilah Ikebana (Agung, 2006 : 80).
Acara minum teh atau Chanoyu sanggup diselenggarakan kapan saja sepanjang tahun. Namun pada dasarnya ada dua cara yang umum dilakukan dalam persiapan dan pelaksanaan upacara minum teh, yaitu cara persiapan demam isu panas (summer) dan cara persiapan demam isu cuek (winter).
Perbedaan utama diantara keduanya yaitu ada pada peralatan yang dipakai dikala menyeduh teh, yakni jikalau pada demam isu panas Kama atau ketel besi yang dipakai akan ditempatkan di atas anglo, maka jikalau pada demam isu cuek Kama yang dipakai akan ditempatkan di sebuah perapian cekung disebut Ro yang merupakan lubang persegi di lantai Tatami. Perbedaan lainnya yaitu penempatan peralatan yang dipakai untuk menyiapkan teh hijau akan disimpan di lokasi yang berbeda pula.
Baca Juga : Agama yang dianut oleh Orang Jepang
Dalam pelaksanaan upacara minum teh terdapat setidaknya dua bentuk teh hijau yang biasa digunakan, yaitu koicha (濃茶) dan usucha (薄茶). Koicha ialah teh hijau tebal (kental) yang dibentuk dalam jumlah kecil dengan menambahkan air panas kedalam abu teh kemudian ditumbuk dengan semacam pengaduk dari bambu sampai berbusa. Teh koicha tersebut diletakan pada sebuah gelas berbentuk mangkuk yang harus diminum menyebarkan secara bergantian oleh para tamu didalam mangkuk yang sama itu.
Berbagi satu mangkuk teh ini mempunyai maksud yang melambangkan kesatuan hati dan pikiran di antara para tamu. Pada dikala meminum teh koicha, tuan rumah pun akan memilih sisi mangkuk mana yang paling indah. Sisi ini disebut sebagai sisi depan dari mangkuk. Saat mangkuk dipegang oleh tuan rumah dan akan disajikan kepada para tamu, maka bab depan selalu menghadap kepada tamu.
Namun, ketika teh akan dikonsumsi oleh tamu, mangkuk harus diputar terlebih dahulu sehingga sisi yang paling indah akan menghadap tuan rumah, dan tamu menghindari minum dari sisi depan tersebut. Praktek ini mempunyai filosofi wacana semangat dan prinsip-prinsip pengumpulan teh.
Sementara itu jenis teh lainnya yang biasa dipakai dalam upacara chanoyu yaitu usucha, merupakan jenis teh hijau tipis yang ditambahkan banyak air dikala proses mencampurnya. Rasa yang dihasilkan dari teh usucha cenderung lebih ringan dibandingkan dengan teh koicha, sehingga menciptakan banyak orang lebih cocok dengan jenis teh ini.
Berbeda dengan penjamuan teh koicha, dalam program minum teh usucha setiap tamu yang hadir akan diberikan mangkuk masing-masing untuk bisa menikmati teh usucha ini.
Nilai Filosofis Chanoyu
Berdasarkan dari salah satu pedoman master Chanoyu Jepang yang sangat populer yaitu Sen no Rikyu (1522 - 1591), bahwa Chanoyu dilakukan tidak hanya sebagai sebuah tradisi upacara minum teh saja, melainkan mengandung nilai filosofis yang sangat tinggi. Beberapa nilai yang ada didalam tradisi upacara minum teh ini yaitu terdiri dari nilai Wa, Kei, Sei, dan Jaku.
Wa berarti keselarasan (harmoni), yang mana upacara minum teh ini menyatukan antara pemilik rumah, tamu, dan alam. Pemilik rumah akan berusaha membawa kualitas yang serasi ini ke ruang teh dan kebun di sekitar rumah. Peralatan yang dipakai selama upacara minum teh juga harus sama, sehingga akan menyebabkan tema yang selaras.
Kei berarti rasa hormat. Para tamu harus menghormati semua hal tanpa melibatkan status atau posisi mereka dalam kehidupan. Contohnya ketika para tamu masuk kedalam ruangan, mereka harus merangkak melalui pintu masuk kecil yang disebut Nijiriguchi, tujuannya ialah semoga mereka selalu mempunyai sifat rendah hati (tidak sombong).
Di dalam ruangan mereka semua akan berlutut dan membungkuk ke sebuah gulungan yang menggantung, mereka akan duduk bersebelahan satu sama lain dalam posisi duduk seiza di atas tatami. Rasa hormat juga ditunjukkan dengan hati-hati ketika menangani dan mengamati mangkuk teh dan benda-benda lainnya selama upacara minum teh berlangsung.
Sei berarti kesucian, bertujuan untuk membersihkan diri secara spiritual untuk menciptakan hati dan pikiran menjadi murni kembali. Ketika para tamu telah merangkak masuk ke dalam ruang teh, seseorang dianggap telah meninggalkan semua pikiran dan kekhawatiran kehidupan sehari-hari mereka. Ruang teh atau dikenal dengan istilah Cha-shitsu ialah dunia yang berbeda di mana seseorang sanggup kembali menghidupkan, memperlambat, dan menikmati kehadiran bersama orang lain.
Jaku berarti ketenangan. Kedamaian batin akan dihasilkan sesudah tiga prinsip pertama yaitu keselarasan, rasa hormat, dan kesucian telah ditemukan, dan dialami, yang menciptakan orang-orang akibatnya sanggup mewujudkan ketenangan. Dengan ketenangan batin ini memungkinkan seseorang diperlukan untuk bisa benar-benar berbagi.
Sumber https://bapigif.blogspot.com/
Share This :
comment 0 Comment
more_vert