MASIGNCLEAN101

Peninggalan Candi-Candi Di Wilayah Jawa Barat

Peninggalan Candi-Candi Di Wilayah Jawa Barat
Senin, 11 April 2016
Candi secara sederhana sanggup diartikan sebagai suatu bangunan tinggalan masa kemudian dari masa Hindu-Budha yang sanggup berupa gapura, gerbang kota, pemandian kuno, dan bangunan peninggalan suci lainnya. Dalam istilah lain yakni sebagaimana dalam konsep agama hindu, candi sanggup juga diartikan sebagai kata candika yaitu nama salah satu dewi durga yang melambangkan dewi kematian. Dari sini kita sedikit sanggup mengetahui bahwa candi merupakan bangunan yang berafiliasi dengan maut yang mana sanggup dikaitkan sebagai tempat pemakaman para raja atau hanya sebagai simbol bangunan saja.

Sementara dalam konsep agama Budha candi sanggup dikatakan sebagai suatu bangunan yang hanya dipakai untuk tempat peribadatan saja di masa lalu.

Pada umumnya bentuk candi yang ditemukan di Indonesia biasanya mempunyai tiga bab yaitu terdiri dari kaki candi, badan candi, dan atap candi. Pada candi hindu, biasanya terdapat relung atau ruangan pelengkap di bab dinding candi yang diperuntukkan untuk tempat menyimpan arca dewa, hal ini sanggup dilihat sebagaimana yang terdapat di candi Prambanan, Yogyakarta.

Persebaran candi menyerupai yang sudah kita ketahui bersama umumnya banyak ditemukan di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di wilayah Jawa tengah, Jawa timur, dan beberapa lainnya di wilayah menyerupai Sumatera. Candi-candi yang ditemukan di wilayah-wilayah tersebut baik itu candi Hindu maupun budha umumnya mempunyai bangunan yang relatif cukup besar dan megah menyerupai candi Borobudur di Magelang, candi Prambanan di Yogyakarta, dan candi muara takus di Riau.

Hal ini tentu sangat berbanding terbalik dengan bangunan peninggalan yang berada di Jawa barat. Berbeda dengan di wilayah yang sudah disebutkan diatas, candi-candi yang berada di daerah jawa barat biasanya cenderung lebih kecil dan lebih sederhana. Tidak hanya itu saja, beberapa bangunan candi yang sudah ditemukan pun bahkan kondisinya terkadang atau kebanyakan sudah tidak utuh.

Selain itu, kata candi sendiri di wilayah jawa barat ini tidak begitu populer, istilah yang biasa sering dipakai yaitu merujuk kepada istilah kabuyutan, mandala, maupun Parahyangan. 

Nah untuk mengetahui candi-candi apa saja yang berada di wilayah jawa barat. Langsung saja kita simak uraian berikut ini.


Candi-candi di Wilayah Jawa barat


1. Candi Jiwa di Kabupaten Karawang

Candi Jiwa letaknya berada di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Berada di ketinggian sekitar 4 m hingga 6 m diatas permukaan maritim dengan permukaan tanah yang cenderung datar. Ketinggiannya tersebut tergolong cukup rendah dikarenakan situs candi ini memang berada akrab dengan garis pantai yaitu hanya sekitar 10km saja. Bangunan candi berbentuk bujursangkar berukuran sekitar 19 x 19 m dengan tinggi sekitar 4,7 m dan menghadap ke arah barat laut-tenggara.


Struktur bab atasnya berbentuk menyerupai bunga padma (bunga teratai), sedangkan pada bab kakinya terdapat profil bangunan yang berbentuk pelipit rata (patta), pelipit penyangga (uttara) dan pelipit setengah bulat (kumuda). Selain itu, di keempat sisi bangunan tidak ditemukan bab yang merupakan tangga. Bangunan ini terbuat dari susunan kerikil bata, dan nampak pada bab atas batur yang membentuk bulat dengan diameter sekitar 6 m, yang menandakan bahwa susunan kerikil bata itu merupakan bab dari stupa. Maka dari hal tersebut diduga bahwa bangunan candi ini merupakan bab candi budha.


2. Candi Blandongan di Kabupaten Karawang

Candi Blandongan letaknya masih berada di dalam satu daerah yang sama dengan Candi Jiwa. Bangunan candi ini sanggup dikatakan lebih besar dibandingkan dengan bangunan-bangunan peninggalan lain dikawasan tersebut.

Candi ini berbentuk bujur kandang berukuran  24,2 x 24,2 m dan bertingkat satu dengan adanya sebuah stupa di bab tengahnya. Di lantai dasar terdapat beberapa pintu masuk yang berada di sisi tenggara, barat daya, barat maritim dan timur maritim yang kesemuanya mempunyai gapura masuk. Terdapat juga tembok keliling bangunan yang berukuran tebal sekitar 1,75 m.



Terdapat hiasan pelipit datar, pelipit kumuda, pelipit sisi genta dan hiasan kerucut terpotong pada lubang-lubang yang berdenah empat persegi panjang. Halaman Candi Blandongan yang dikelilingi tembok keliling berdenah bujursangkar berukuran 17,64 x 17,64 m dengan ketinggian permukaan lantai halaman sekitar 2 m dari permukaan tanah.

Adapun bangunan inti ialah bab kaki yang berbentuk bujursangkar berukuran 9,2 x 9,2 m. Permukaan atasnya sudah rusak, akan tetapi masih ada bata yang terkait dengan struktur bangunan. Di antara struktur bata terdapat menyerupai susukan berukuran tebal 20 cm, panjang 2,5 m, dan kedalaman 20 cm, dengan memotong bujur arah utara-selatan dan barat-timur pada masing-masing sudut. Struktur bangunan tersebut diperkirakan sebagai sisa stupa.


3. Candi Rajagwesi di Kota Banjar

Candi Rajagwesi merupakan bangunan candi yang awalnya berada di wilayah sekitar Kabupaten Ciamis, namun kini secara administratif sudah termasuk ke dalam wilayah Kota Banjar. Candi ini tepatnya berada di Dusun Pananjung, Desa Mulyasari, Kecamatan Pataruman.

Keadaan bangunan candi ini sanggup dikatakan sudah tidak utuh sepenuhnya dikarenakan kondisinya telah bercampur dengan tanah dan pohon-pohon yang ada disekitarnya. Sisa bangunan candi ini berada di sebuah bukit kecil yang berada di ketinggian 7m dari lahan sekitar dan dengan diameter sekitar 70m.

Disebelah barat candi Rajagwesi merupakan pertemuan antara dua sungai yaitu sungan Cijulang dan sungai Citanduy yang kurang lebih jaraknya sekitar 1,5 km. Candi ini berada di ketinggian 10m hingga 100m diatas permukaan laut.


Candi Rajagwesi disekitarnya menandakan adanya sebaran bata yang sudah tidak terstruktur lagi alasannya terangkat oleh akar pohon dan hampir semua bata tidak utuh. Bata yang menjadi sentra terletak pada bab bukit dengan radius 9 m. Ada satu kerikil yang berukuran panjang 30cm, lebar 20cm dan tebal 7cm.

Di tengah-tengah batu-batu tersebut terdapat pula kumpulan kerikil yang bentuknya menyerupai makam yang memanjang dari utara hingga selatan. Makam ini berukuran panjang sekitar 170cm, lebar 90cm dan tinggi 40cm. Disebelah Timur batuan yang berbentuk makam pada sisi talut terdapat dua buah kerikil datar yang disusun menyerupai altar dan disekitarnya tidak ditemukan artefak lainnya.

Berdasarkan hasil ekskavasi, candi tersebut sudah tergolong sangta parah rusaknya sehingga bentuk skema dan bangunan tidak sanggup direkontruksi secara menyeluruh. Namun demikian, ukuran bangunan diperkirakan sekitar 6 x 6 meter dengan tidak ditemukannya bab tangga.

Baca Juga : Wabah Penyakit Black Death di Eropa pada Abad Pertengahan

Jika kita melihatnya secara vertikal, maka sebaran bata juga tidak menandakan adanya struktur bertingkat. Sisa tinggalan komponen bangunan merupakan bab batur. Bentuknya yang berupa batur tunggal dengan objek pemujaan diatasnya serta dengan ketinggian yang tidak begitu tinggi diasumsikan bahwa acara ritual saat itu terpusat pada lingga dan yoni dengan para pemujanya berkumpul dihalaman disekitar batur. Candi ini juga kemungkinan besar menghadap ke gunung tertinggi yaitu gunung yang berada disebelah utara situs yakni gunung Pasir Pangrampongan.

Penutup

Hasil penelitian mengenai peninggalan wacana bangunan candi di wilayah Jawa Barat memang tergolong masih sangat sedikit. Hal ini tidak terlepas dari tempat peninggalan yang jaraknya berjauhan dan cukup terpencil menciptakan penelitian pun cukup susah dilakukan. Jika pun ditemukan sebuah bangunan, biasanya kondisinya sudah tidak utuh lagi bahkan terkadang ada yang sudah rusak.

Selain candi yang sudah dibahas diatas sebelumnya, gotong royong masih terdapat beberapa bangunan-bangunan peninggalan yang berupa candi di wilayah Jawa barat. Keadaan candi-candi tersebut umumnya sama yaitu kebanyakan sudah tidak utuh bahkan sebagian sudah tidak sanggup dikenali sebagai bangunan candi. Adapun beberapa bangunan candi lainnya yang berada di jawa barat seperti contohnya candi Bojongmenje, candi indihyang, candi ronggeng, candi ciarca, candi pananjung, candi cangkuang, dan masih banyak lagi.

Namun demikian dalam pembahasan kali ini mungkin dicukupkan untuk tiga bangunan candi saja. Jika ada kesempatan mungkin nanti akan saya coba bahas bangunan candi yang lainnya, atau mungkin bagi teman-teman yang sudah tau dan ingin membuatkan boleh menambahkannya di kolom komentar.


Sumber : Percandian di Tatar Sunda Masa Hindu Budha (Etty Saringendyanti & Tanti Skober : 2010)
Sumber https://bapigif.blogspot.com/
Share This :