
Selasa, 04 Maret 2008
Kung Fu Tzu dalam bahasa Tionghoa, atau orang-orang barat menyebutnya dengan nama Konfusius. Dia dilahirkan pada tahun 551 sebelum masehi di kawasan Lu, Provinsi Shantung (Shandong). Confucius hidup pada zaman yang dalam sejarah bangsa Cina disebut jaman “Negara-negara berperang”.
Keluarganya berasal dari negara Song tapi sudah beberapa keturunan hijrah dan menetap di negara Lu. Ia dibesarkan dalam keluarga miskin dan pernah mencar ilmu ritual keagamaan kepada seorang guru aliran Daoisme berjulukan Lao Dan yang dalam sebuah film perihal confucius juga ditampilkan dalam adegan Confucius mendengarkan nasehat sang guru.
Tidak ada catatan sejarah yang mengisahkan proses mencar ilmu tokoh yang kemudian menjadi populer sebagai guru sistem kekeluargaan, tata masyarakat bahkan kenegaraan ini. Namanya mencuat sehabis ia dipercaya oleh penguasa Lu untuk menjadi salah seorang menterinya. Saat itu ia sudah berusia 50 tahun.
Keluarganya berasal dari negara Song tapi sudah beberapa keturunan hijrah dan menetap di negara Lu. Ia dibesarkan dalam keluarga miskin dan pernah mencar ilmu ritual keagamaan kepada seorang guru aliran Daoisme berjulukan Lao Dan yang dalam sebuah film perihal confucius juga ditampilkan dalam adegan Confucius mendengarkan nasehat sang guru.
Tidak ada catatan sejarah yang mengisahkan proses mencar ilmu tokoh yang kemudian menjadi populer sebagai guru sistem kekeluargaan, tata masyarakat bahkan kenegaraan ini. Namanya mencuat sehabis ia dipercaya oleh penguasa Lu untuk menjadi salah seorang menterinya. Saat itu ia sudah berusia 50 tahun.
Confucius yang berasal dari keluarga miskin pernah menjabat sebagai wali kota kemudian diangkat menjadi mentri dalam negeri. Di zaman Confucius, kenaikan jabatan semacam itu hanya bisa dialami oleh anggota keluarga kehormatan yang berasal dari kelas sosial premium. Tapi pengecualian untuk Confucius lantaran budi yang ia terapkan ketika menjabat sebagai walikota yang berhasil meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan moral rakyat yang dipimpinnya.
Confucius semakin jaya di dingklik pemerintahan, terbukti ia bisa mendapat kembali 3 kota dari tangan musuh tanpa pertumpahan darah. Apalagi ia ternyata bisa bermetamorfosis sebagai konseptor taktik militer yang sukses lantaran berhasil melumpuhkan pasukan dari musuhnya dalam medan perang. Padahal sebelumnya kemampuannya diragukan dalam bidang militer lantaran sosoknya cuma dikenal sebagai pengusung konsep kesopanan semata.
Dalam ajarannya, sistem pemerintahan yang diterapkan yaitu sistem paternalistik (kebapakan), dimana terjalin sikap saling menghormati dan menghargai antara pemerintahan dan rakyat. Pemimpin negara harus membuat kesempurnaan moral dengan cara memberi pola yang benar pada rakyat. Confucius mempersiapkan murid-muridnya untuk menjadi pegawai pemerintahan dengan prinsip moral yang tinggi untuk selalu berpihak pada rakyat.
Confucius yang mungkin merasa keberhasilannya bisa membantu posisinya terus bertahan di dingklik pemerintahan ternyata berbuahkan pil pahit. Sang Tuan yang selama ini ia layani dengan setia, pada akhirnya, meminta Confucius untuk berhenti bekerja, lantaran alasan konsep pemikirannya yang dipandang tidak lagi cocok untuk menjaga kelangsungan sebuah dinasti. Tidak hanya itu, ia juga diminta untuk meninggalkan wilayah tempat tinggalnya. Konfusius menjalani eksekusi itu.
Kung Fu Tzu (Konfusius) kemudian memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan berkelana untuk menekuni ilmu yang ia pelajari. Dalam perjalanannya ia banyak menghadapi tantangan. Dia tidak bisa menetap di suatu kota lantaran penduduk setempak selalu menolak kehadirannya sehabis tahu bahwa ia diusir oleh pemimpin dinasti itu. Meski mengalami penolakan oleh lantaran prinsip etika yang ia pegang, dia Confucius tidak gentar mempertahankan prinsipnya itu. Dalam perjalanan ini pula ia bertemu dengan Lao Zi dan mencar ilmu banyak dari filsuf ini. Kung Fu Tzu (Konfusius) lantas mengabdikan sembilan tahun terakhirnya untuk membuatkan paham Konfusianisme dan sempat menulis buku berjudul Five Classic. Yang dimaksud dengan Five Classic ialah:
Baca Juga : Agama yang dianut oleh Orang Jepang
Kung Fu Tzu (Konfusius) kemudian memutuskan untuk meninggalkan kerajaan dan berkelana untuk menekuni ilmu yang ia pelajari. Dalam perjalanannya ia banyak menghadapi tantangan. Dia tidak bisa menetap di suatu kota lantaran penduduk setempak selalu menolak kehadirannya sehabis tahu bahwa ia diusir oleh pemimpin dinasti itu. Meski mengalami penolakan oleh lantaran prinsip etika yang ia pegang, dia Confucius tidak gentar mempertahankan prinsipnya itu. Dalam perjalanan ini pula ia bertemu dengan Lao Zi dan mencar ilmu banyak dari filsuf ini. Kung Fu Tzu (Konfusius) lantas mengabdikan sembilan tahun terakhirnya untuk membuatkan paham Konfusianisme dan sempat menulis buku berjudul Five Classic. Yang dimaksud dengan Five Classic ialah:
1. Shu Ching (Kitab Sejarah), disusun oleh Kung Fu Tzu (Konfusius) yang bahannya diambil dari upacara-upacara tertulis raja-raja terdahulu.
2. Shih Ching (Kitab Syair), berisi nyanyian-nyanyian dan sajak-sajak yang dikumpulkan oleh Confucius.
3. I Ching (Kitab Perubahan), berisi perihal ilmu filsafat. Kitab ini ditulis oleh Wen Wang.
4. Li Chi (Kitab Adat), berisi perihal adat-istiadat kehidupan masyarakat Tionghoa (Cina).
5. Chu,un Chi,in (Catatan animo semi dan animo gugur), berisi isi sejarah perihal Kerajaan Lu.
Buku ini dianggap sebagai oleh-oleh Kung Fu Tzu (Konfusius).
![]() |
Confucius |
Selain Five Classic pada zaman itu telah ada dasar kesusastraan Tionghoa yang lain yaitu “Empat buku” :
1. Lun Yu, berisi perihal pemikirang-pemikiran Confucius.
2. Meng Tze, yang membentangkan perihal masalah-masalah kebijaksanaan.
3. Ta Hsueh (Ajaran Besa), yang membahas perihal etika dan kesusilaan.
4. Chung Yung, berisi perihal penuturan hal-hal yang sama dengan pemikiran besar.
Ajaran Kung Fu Tzu biasa disebut dengan Ju Chia (Kung Chia), orang-orang banyak menyebutnya konfusianisme. Pokok-pokok ajarannya terletak pada Li, Ren dan I. Jika insan telah memegang teguh hal itu, maka dunia akan hidup damai.
Li, yaitu watak istiadat yang harus dipegang teguh biar masyarakat hidup tenang. Confucius berpendapat bahwa insan intinya baik, hanya lantaran nafsu-nafsu maka muncul perbuatan-perbuatan yang tidak baik. Ketika insan berpegang teguh pada Li, maka dengan sendirinya kejahatan dan keburukan tidak akan terjadi. Dalam mengajari muridnya Confucius menanamkan sifat Li, lantaran Li merupakan elemen yang sangat penting. Tanpa sopan santun, orang yang mempunyai ilmu pengetahuan dan keahlian tidak ada gunanya. Murid-muridnya yang berasal dari golongan miskin pun diajari tata krama istana biar ketika menduduki jabatan kelak sanggup bersikap sejajar dan pantas.
Ren yaitu perikemanusiaan dan I yaitu perikeadilan. Menurut Kung Fu Tzu apabila insan telah memegang teguh Ren dan I maka masyarakat akan hidup tenteram dan sejahtera. Ini semua merupakan perjuangan Kung Fu Tzu untuk menghentikan peperangan.
Dalam proses pengajarannya, ia membaginya kedalam empat tahapan, yaitu mengarahkan pikiran dengan cara, mendasarkan diri pada kebajikan, mengandalkan kebajikan untuk sanggup dukungan, mencari rekreasi dalam seni. Dia mempercayai bahwa semua orang sanggup menarik manfaat dari hasil pengolahan diri dalam belajar.
Ia juga memperkenalkan suatu aktivitas pemikiran moralitas atau kebajikan untuk calon pimpinan negara. Confucius membuat suatu daftar prioritas dalam menjalani kehidupan bermasyarakat, yaitu, kelakuan yaitu syarat utama, berbicara yaitu prioritas kedua, memahami soal-soal pemerintah yaitu prioritas ketiga, kesusasteraan yaitu prioritas keempat.
Di kehidupan sosial Confucius berpendirian bahwa pada hakikatnya insan yaitu makhluk sosial. Dalam sebuah batas-batas tertentu, insan dibuat menyerupai keadaannya, oleh masyarakat. Dan masyarakat dibuat menyerupai keadaannya, oleh seorang yang menyusunnya. Hati nurani seseorang tentu menolak untuk menarik diri dari masyarakat, tetapi juga melarangnya untuk menyerahkan pertimbangan moralnya kepada masyarakat.
Terdapat asas timbal balik jikalau setiap orang bekerja untuk kebahagiaan bersama, maka sudah niscaya akan didapatkan suatu keadaan yang membuat kebahagian lantaran kebahagiaan merupakan kebaikan dan tujuan utama hidup manusia.
Confucius menekankan cara menjalani kehidupan terbaik yaitu yang harmonis, dengan mengutamakan moralitas dan kebajikan. Seseorang dilahirkan untuk menjalani kekerabatan tertentu. Dalam kitab Wu Lun (lima kekerabatan utama), pemikiran ini mengajarkan insan untuk menjaga lima kekerabatan utama yaitu antara raja-menteri, bapak-anak, suami-istri, kakak-adik (laki-laki) dan antar teman. Kehidupan akan selaras jikalau setiap insan menyadari akan kekerabatan atasan dengan bawahan. Sehingga pada masa itu terbentuklah masyarakat Shen Si (bangsawan) dan Xiao Ren (orang kecil), dimana mereka sanggup berlaku sesuai dengan tugas masing-masing dan kelasnya sehingga Dinasti Zhou menjadi maju.
Lima kekerabatan utama ini mengajarkan insan untuk menjaga lima kekerabatan utama yaitu, Hubungan raja dan menteri (yang masih mempengaruhi kekerabatan sosial politik di Cina sampai ketika ini), Hubungan ayah dengan anak (Laki-laki), Hubungan suami dengan istri, Hubungan antara abang (laki-laki) dengan adik (laki-laki), Hubungan sobat dengan teman.
Hal lain yang dirumuskan oleh nya yaitu perihal pembagian kerja, menurutnya bahwa pembagian pekerjaan di dalam masyarakat harus jelas, dihentikan ada orang yang mempunyai pekerjaan atau jabatan rangkap. Orang mengerjakan satu pekerjaan saja sudah sulit, bagaimana bisa mengerjakan dua pekerjaan atau lebih dengan hasil baik. Pekerjaan masyarakat diadaptasi dengan sumber daya alam yang ada di daerahnya. Misalnya kawasan yang cocok untuk pertanian penduduknya menjadi petani. Daerah yang cocok untuk peternakan, penduduknya berternak. Daerah yang mempunyai sumber untuk membuat keramik penduduknya bekerja membuat keramik, dan seterusnya.
Distribusi barang dan jasa yang diharapkan masyarakat harus lancar biar harga di produsen tidak terlalu mahal pada konsumen. Oleh lantaran itu terciptalah kegiatan ekonomi yang teratur, sehingga mengkondisikan sektor lainnya untuk teratur juga, menyerupai di bidang politik pemerintahan, dan lainnya.
Pandangannya perihal pemerintahan dan insan merupakan elemen terpenting dalam ajarannya. Dia percaya bahwa tujuan pemerintahan yang bekerjsama yaitu mensejahterakan rakyat. Cara terbaik dalam memerintah yaitu dengan nilai moral dan pola kehidupan yang baik dari pemimpinnya, bukan dengan cara negatif dari undang-undang dan penghukuman. Pemerintah yang baik yaitu mereka yang mempunyai bekal akan kualitas kemanusiaan dan pengetahuan yang mendalam.
Baca Juga : Folklor sebagai Bahasa Rakyat di Indonesia
Pandangannya perihal pemerintahan dan insan merupakan elemen terpenting dalam ajarannya. Dia percaya bahwa tujuan pemerintahan yang bekerjsama yaitu mensejahterakan rakyat. Cara terbaik dalam memerintah yaitu dengan nilai moral dan pola kehidupan yang baik dari pemimpinnya, bukan dengan cara negatif dari undang-undang dan penghukuman. Pemerintah yang baik yaitu mereka yang mempunyai bekal akan kualitas kemanusiaan dan pengetahuan yang mendalam.
Confucius yaitu salah satu pola guru yang memberi perhatian besar pada moral. Ia sangat percaya bahwa dengan menata sikap untuk saling menghormati antar tiap bab dalam masyarakat, insan akan jadi lebih baik. Dalam situasi saling hormat-menghormati, terciptalah harmoni, sehingga pemikiran apapun akan diterima secara mudah.
Confucius yakin bahwa kualitas moral yang sejati lebih penting dibandingkan dengan penampilan luar seseorang. Tetapi kebaikan batiniah harus dibuktikan dengan tingkah laris yang baik. Dia juga percaya bahwa kesopanan yang membentuk manusia. Kesopanan, baik didepan umum atau tidak, mempunyai imbas tidak pribadi pada huruf seseorang yang akan mendorongnya menuju kebaikan dan mencegahnya melaksanakan kesalahan.
Pengajarannya banyak ditentang oleh kaum aristokrat dan pendeta, alasannya yaitu menawarkan pelajaran kepada setiap orang. Sebelumnya pengajaran menjadi monopoli kaum Brahmana atau Pendeta. Ada yang menyampaikan bahwa ia yaitu orang kolot, namun orang umum menyampaikan bahwa Kung Fu Tzu yaitu seorang yang revolusioner lantaran mau memperhatikan rakyat dan demi rakyat ia mau ajarannya dilanjutkan oleh murid-muridnya menyerupai Hsien Tzu dan Meng Tzu.
Sumber https://bapigif.blogspot.com/
Share This :
comment 0 Comment
more_vert