Kamis, 06 April 2017
Yogyakarta sanggup dibilang sebagai salah satu sentra kota budaya yang ada di Indonesia ketika ini. Dengan beraneka ragamnya masyarakat Yogya, menciptakan banyak sekali tradisi dan budaya yang terlahir di daerah ini, yang seharusnya dengan hal itu sanggup mengakibatkan Kota Yogya sebagai salah satu tempat tujuan wisata yang layak untuk kita kunjungi ketika liburan tiba.
Adapun salah satu jenis wisata yang tentunya dihentikan ditinggalkan ketika anda pergi mengunjungi Yogyakarta yaitu wisata sejarahnya.
Ya, kita tahu Yogyakarta mempunyai segudang tempat wisata sejarah dan budaya yang layak untuk dikunjungi. Sebut saja candi Prambanan yang memang sudah menjadi destinasi favorit para pelancong dari banyak sekali belahan dunia, atau sanggup juga wisata keraton Yogyakarta yang menciptakan kita sanggup mengetahui perihal seluk beluk kehidupan di dalam keraton.
Namun satu hal menarik lainnya yaitu perihal wisata sejarah museum yang sangat gampang ditemukan di Yogyakarta, sebut saja museum Sonobudoyo, museum monumen Yogya kembali, museum Perjuangan Yogyakarta, museum dirgantara Mandala dan masih banyak lagi.
Dan salah satu museum menarik yang akan dibahas pada kesempatan kali ini yaitu Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta.
Sejarah Singkat Benteng Vredeburg
Museum Benteng Vredeburg pada awalnya merupakan sebuah bangunan benteng pertahanan yang pertama kali dibangun pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono I sekitar tahun 1760-an. Benteng ini didirikan diatas tanah milik Kesultanan Yogyakarta atas anjuran dari Gubernur Wilayah Pantai Utara Jawa yang menjabat pada ketika itu Nicolaas Harting. Dia beralasan bahwa untuk mengatasi bahaya serangan musuh yang sewaktu-waktu sanggup datang, maka di sekitar keraton haruslah didirikan sebuah benteng untuk memperkuat pertahanan.Namun pada kenyataannya, itu hanyalah sebuah taktik dari pihak Belanda dalam upayanya untuk selalu sanggup mengawasi gerak-gerik keraton yang memang pada ketika itu sudah mempunyai armada yang sangat besar lengan berkuasa yang dikhawatirkan dapat menjadi bahaya bagi Belanda kelak.
Ketika pertama kali bangunan terbentuk pada awalnya nama dari benteng ini yaitu Benteng Rustenberg yang mempunyai arti Benteng Peristirahatan. Baru sehabis benteng Ini mengalami pemugaran akhir adanya gempa bumi pada rentang waktu 1867 namanya pun kemudian diubah menjadi Benteng Vredeburg yang berarti Benteng Perdamaian.
Namun demikian meskipun bangunan benteng tersebut telah beberapa kali mengalami pemindahan kekuasaan, status kepemilikan lahan bantu-membantu masih tetap dimiliki oleh pihak keraton Yogya semenjak dari mulai berdiri sampai kini ketika sudah dialihfungsikan sebagai museum.
Bentuk Bangunan Benteng Vredeburg
Bangunan benteng ini secara umum mempunyai bentuk bujur kandang dengan mempunyai luas bangunan kurang lebih sekitar 12.000 meter persegi, dan total area lahan sekitar 45.000 meter persegi. Sebelum masuk ke bab dalam benteng, kita akan menemui sebuah parit yang mengelilingi benteng tersebut. Namun sayangnya untuk ketika ini parit tersebut sudah tidak ada dan hanya tersisa dibagian depan saja yang itupun sudah dialihfungsikan sebagai tempat drainase susukan air.Masuk ke bab gerbang kita akan melihat sebuah arsitektur Eropa bergaya Yunani. Ini sanggup dilihat dari bab atap atau tympanium yang berbentuk segitiga dengan disangga empat tiang pilar yang sangat identik dengan arsitektur gaya doric. Sementara dibagian dalam terdapat banyak bangunan-bangunan ciri khas Indische dan dulunya dipakai sebagai barak-barak hunian prajurit kolonial pemerintah Belanda. Namun kini bangunan-bangunan utama tersebut sudah dijadikan sebagai tempat pertunjukan museum.
Tidak lupa disetiap sudut benteng pun terdapat empat bastion atau menara pantau yang diperuntukkan untuk mengawasi musuh yang akan tiba untuk menyerang.
Lokasi Dan Koleksi Museum Benteng Vredeburg
Lokasi museum ini letaknya cenderung strategis yakni berada disekitar sentra kota Yogyakarta yang bersahabat dengan area Keraton Yogya. Dulunya lokasi museum Benteng Vredeburg ini berada di daerah Jalan Ahmad Yani Yogyakarta, namun sehabis adanya kebijakan dari Pemerintah Yogyakarta perihal perubahan nama-nama jalan di Kota Yogya, maka kini lokasi Museum sudah termasuk ke dalam daerah Jalan Margo Mulyo Nomor 6 Yogyakarta.Koleksi barang-barang di museum ini pun tergolong sangat beraneka ragam, dimulai dari barang-barang peninggalan satria Indonesia masa usaha sampai kumpulan Diorama-diorama yakni miniatur yang menggambarkan suasana usaha dalam upaya merebut kemerdekaan Indonesia.
Terdapat juga kemudahan yang cukup lengkap dalam mengakomodir setiap para pengunjung yang tiba ibarat ruangan auditorium, ruangan audio visual, ruangan pameran, perpustakaan, taman, sampai kantin.
Sementara itu untuk waktu kunjungan, museum ini buka setiap Hari Selasa sampai Hari Minggu dengan operasional jam buka antara pukul 07.30-16.00 WIB. Lalu untuk tiket masuk pun tergolong sangat murah yakni kurang dari 10.000 rupiah pada ketika artikel ini dibuat. Bagaimana, tertarik untuk pergi kesana?
Baca Juga : Destinasi Wisata Alam Menarik Kabupaten CiamisSumber https://bapigif.blogspot.com/
Share This :
comment 0 Comment
more_vert