MASIGNCLEAN101

Creepypasta Jepang - Kunekune (Sesuatu Yang Bergerak Menggeliat)

Creepypasta Jepang - Kunekune (Sesuatu Yang Bergerak Menggeliat)
Kamis, 09 Oktober 2014
Kunekune

Untuk kali ini saya akan membahas salah satu urban legend dari Jepang. Sosok misterius yang berjulukan kunekune. Kisah ini diambil dari dua narasumber yang berbeda. Namun dari kedua kisah ini, tampaknya deskripsi perihal mahluk ini dan dampak bagi orang yang melihatnya, mempunyai persamaan.

     *     *     *

Waktu itu saya masih muda. Orangtua-ku mengajak saya dan kakak-ku pergi untuk mengunjungi rumah kakek dan nenek. Kami jarang berkunjung ke sana alasannya rumah mereka terletak jauh di pinggiran kota Akita.

Sesampainya di sana, saya dan kakak-ku lekas pergi bermain keluar. Kami berjalan menelusuri persawahan. Hamparan hijau yang sangat luas berada di hadapan kami. Hembusan anginnya sangat lembut. Udaranya sangat higienis dan lebih segar jikalau dibandingan dengan area perkotaan.

Tanpa kami sadari, matahari sudah berada di atas kepala kami. Panas mulai menyengat, tidak ada hembusan angin dikala itu. Sepertinya dikala itu saya sudah mulai kelelahan.

Setibanya kami di akrab rumah kakek dan nenek, tiba-tiba kakak-ku menghentikan langkahnya. Seperti ada sesuatu yang menarik perhatiannya dari kejauhan.

"Kakak sedang melihat apa? " tanyaku.

"Itu. Benda yang ada di sana." jawabnya.

Benar-benar hanya ada hamparan hijau persawahan sejauh mata memandang. Setelah saya perhatikan baik-baik, ternyata memang terlihat sesuatu di tengah-tengah area persawahan itu. Letaknya sangat jauh dan tidak terlalu terlihat jelas. Makara saya tidak terlalu yakin benda apa itu. Yang sanggup saya gambarkan, benda itu berwarna putih, bentuk dan ukurannya kira-kira sama dengan manusia. Walaupun benda itu tidak beranjak dari tempatnya, namun itu terlihat bergerak-gerak, menggeliat dan melekuk-lekuk mirip terhempas hembusan angin.

"Mungkin itu orang-orangan sawah." kataku.

"Tidak mungkin itu orang-orangan sawah!..." balas kakakku.

"Orang-orangan sawah tidak bergerak mirip itu."

"Mungkin itu hanya kain." kataku.

"Tidak tidak. Itu juga bukan kain." jawab kakak-ku lagi.

"Tidak ada rumah lain di sekitar sini. Selain itu, kini tidak ada angin yang berhembus, tapi benda itu tetap saja bergerak dan menggeliat. Benda apa itu sebenarnya?"

Perutku mulai terasa tidak enak. Sepertinya saya mencicipi semacam firasat jelek perihal hal ini. Kakakku berlari masuk ke rumah, dan kembali keluar dengan membawa sebuah teropong.

"Teropong?! Boleh saya melihatnya duluan? Aku sangat penasaran.." kata-ku.

Saat saya hampir mengambil teropong itu, ia mendorongku ke belakang.

"Tidak! Aku duluan!" katanya dengan sambil tersenyum.

"Aku yang lebih tua. Kamu sanggup hingga puas melihatnya nanti. Setelah saya selesai."

Segera sesudah kakakku melihat lewat teropong, saya menyadari lisan wajahnya mendadak berubah. Mukanya menjadi pucat dan ia mulai bercucuran keringat. Dia menjatuhkan teropongnya ke tanah dan saya sanggup melihat ketakutan terpancar dari matanya.

"Apa itu, kak?! " saya bertanya dengan gugup.

Kakak-ku menjawab sambil terbata-bata "I.. itu...itt. itu a.. adalah.. ittu ..."

Sesuatu terjadi pada kakak-ku.

Tanpa mengeluarkan kata-kata lain, ia berpaling dan mulai berjalan kembali ke rumah. Sesuatu terasa ganjil. Dengan tangan bergetar, saya membungkuk dan mengambil teropong yang terjatuh itu. Aku sangat penasaran, tapi saya terlalu takut meletakan teropong itu di mata-ku, untuk memastikan benda apa itu sebenarnya.

Di kejauhan, objek putih itu masih terlihat bergerak-gerak, berputar dan menggeliat.

Kemudian, kakekku tiba menghampiri kami.

"Apa yang kau lakukan dengan teropong itu? " Tanya kakek.

"Tidak ada.." jawabku.

"Aku hanya ingin tau dengan benda putih di sana.." jawabku sambil menunjuk.

Sambil menyipitkan matanya, kakek memandang ke arah jari-ku menunjuk.

"I..ITU?! " teriak kakek dengan lisan terkejut.

"KAMU SEHARUSNYA TIDAK MELIHAT KE ARAH BENDA ITU!! "

Belum sempat saya melihat benda itu, tangan kakek dengan cepat merampas teropong yang saya genggam.

"Apa kau sudah melihatnya?! " kata kakek dengan nada bicara yang masih tinggi.

"Apa kau sudah melihatnya dengan teropong? "

"Ti.. Tidak.." kataku gugup dengan bunyi parau. "Aku belum sempat melihatnya.."

Kakekku menghela napas lega. "Syukurlah.." katanya. "Itu bagus..."

Kemudian kakek menuntunku kembali masuk ke rumah.

Saat saya berjalan masuk ke dapur, semua orang sedang menangis. Kakakku sedang berguling-guling di lantai sambil tertawa mirip orang gila. Kemudian ia berbaring di lantai dengan posisi menghadap ke atas, badannya menggeliat dan bergerak-gerak dengan liar... Sama mirip benda putih yang kulihat dari kejauhan itu.

Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Amat mengenaskan melihat abang jadi mirip itu. Aku pun ikut menangis.

Dia tidak mirip kakakku lagi. Dia telah benar-benar kehilangan nalar sehatnya.

Hari berikutnya, orang tuaku pun tetapkan membawa kami pulang ke rumah. Nenek dan kakekku bangun di beranda rumah mereka, melambai duka pada kami dikala kendaraan beroda empat mulai melaju. Aku duduk di dingklik belakang dengan kakakku. Aku sangat sedih. Tangisku benar-benar sudah tidak sanggup terbendung lagi.

Kakakku masih tertawa mirip seorang yang menderita penyakit jiwa. Mereka mengikat abang dengan erat di dingklik untuk meredam gerakannya. Wajah kakakku menampakkan sebuah senyuman palsu. Dia terlihat tertawa bahagia, namun saya melihat dengan jelas, matanya menangis. Pipinya berair jawaban air mata, namun tawanya tidak kunjung reda. Seketika rasa masbodoh merayapi tulang belakangku.

Ayahku menepikan kendaraan beroda empat di sisi jalan,  kemudian melangkah keluar dari mobil. Dia mengambil teropong itu. Dengan sangat murka ia menghempaskan teropong itu keras-keras ke tanah. Lalu, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia masuk ke mobil, dan kembali mengemudi.

     *      *      *

Seorang laki-laki jepang lain juga pernah bercerita perihal pengalamannya dengan mahluk yang biasa disebut kunekune itu.

Saat itu saya masih anak-anak. Aku tinggal ia sebuah kota kecil akrab tepi pantai, di prefektur Chiba. Suatu sore, paman mengajakku untuk berjalan-jalan di pantai. Saat kami berjalan menyusuri tepi pantai, saya melihat ke arah maritim dan melihat sesuatu berwarna putih di kejauhan. Kira-kira benda itu seukuran insan yang berbadan tinggi. Dan yang menciptakan saya sangat penasaran, benda itu bergerak meliuk-liuk dengan aneh, layaknya kain yang terhempas angin.

"Paman! Benda apa itu? Benda yang ada di tengah maritim sana." saya bertanya pada pamanku.

Dia menatapnya dan saya melihat wajahnya tampak pucat. Semacam tatapan ketakutan terpancar dari matanya. Dia tidak sanggup berhenti menatapnya.

"L.. LARI! SELAMATKAN DIRIMU! " jeritnya histeris.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi saya ketakutan. Makara saya lari kembali ke rumah dan bercerita pada kakekku. Setelah mendengar kisah dariku, wajah kakek pribadi memucat.

"Itu kunekune..." kata kakek. "Kamu beruntung sanggup lepas darinya. Kau jangan pernah menatap mahluk itu secara langsung. Sekarang dimana pamanmu? "

"Paman masih ada di tepi pantai..." jawabku dengan gemetar.

"Aku harus menyelamatkan anakku.." kata kakek. Dia pergi secepat yang ia sanggup ke tepi pantai. Aku mengikutinya dari belakang, cemas dan ketakutan.

Dari kejauhan, saya sanggup melihat pamanku masih bangun di pantai. Saat itu ia tampak 'beku' dan hanya menatap ke satu arah. Benda putih itu, jauh di lautan sana. Kakekku mengambil sebatang dahan kayu dan menghampiri pamanku, menggumamkan semacam doa sambil bernapas lesu. Kakek menjaga biar matanya tetap menatap ke arah bawah, berhati-hati biar ia tidak melihat sesuatu yang telah dilihat oleh pamanku.

Kakekku tetapkan untuk menarik pamanku menjauh dan membawanya pulang ke rumah. Walaupun pamanku selamat, ia menderita semacam gangguang mental selama sisa hidupnya. Sejak hal itu terjadi, ia telah keluar masuk rumah sakit beberapa kali. Dia tidak pernah sama lagi mirip dulu.


- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


Kunekune sudah menjadi urban legend di Jepang. Kunekune diambil dari kata bahasa Jepang yang berarti "melilit", "melekuk-lekuk", atau "berliku-liku". Mahluk yang digambarkan dengan sosok yang tinggi, ramping, berbentuk ibarat manusia, namun juga sekilas terlihat mirip lembaran kain. Mahluk ini akan terlihat dengan gerakan-gerakan mirip menggeliat dan memutar, dalam kondisi berangin ataupun tidak ada angin sama sekali. Sekilas akan terlihat mirip orang-orangan sawah yang terbuat dari kain putih. Konon mahluk ini sanggup muncul dikala ekspresi dominan panas pada tengah hari, tepatnya dikala kondisi sedang sangat cerah dan panas. Mahluk ini akan muncul di kejauhan, di suatu area yang luas. Seperti di area persawahan ataupun di tengah laut.

Menurut cerita, orang akan menjadi gila, jikalau berusaha mendekat dan melihat mahluk ini secara langsung. Dan jikalau berada sangat sangat dekat, kemudian seseorang berusaha menyentuhnya, maka kunekune akan membunuh orang itu.

Satu hal lagi, kunekune juga sanggup muncul di area perkotaan yang luas, dengan warna hitam pekat.


source: scaryforkid.com
translated by ZhukeLiang, Wattpad.
improved by Akira Asayami

Share This :

Related Post