
Minggu, 23 Maret 2014
Teke Teke
Kisah ini terjadi di Jepang. Saat itu salju sedang turun, dua orang masinis menjalankan sebuah lokomotif ke stasiun kereta terdekat. Saat mereka hingga di bawah suatu jembatan di kawasan yang cukup terpencil, tiba-tiba saja ...
“Braaak ...”
“Kreeek...”
Dua masinis itu melihat sesosok bayangan jatuh sempurna di depan mereka. Kedua masinis ini cukup berpengalaman untuk mencicipi bahwa kereta yang mereka kendalikan telah menggilas sesuatu.
Masinis tersebut berusaha keras menghentikan keretanya. Lokomotif itu pun berhenti kira-kira beberapa ratus meter dari tempat kejadian.
Salah satu masinis memutuskan turun untuk memastikan apa yang telah terjadi. Ia berjalan susah payah di atas gumpalan salju. Dan sempurna di bawah jembatan yang gres saja mereka lewati, ia menemukan sesuatu yang mengerikan.
Terdapat badan seorang perempuan di tengah rel.
Tubuhnya terpotong menjadi dua alasannya yaitu terlindas kereta.
Satu bab yaitu bab atas badan perempuan itu, mulai dari kepala hingga ke pinggang. Bagian satunya lagi yaitu bab pinggang hingga kaki.
Ia tak sanggup melihat wajah perempuan itu alasannya yaitu wajahnya tertutup oleh rambut hitam panjangnya. Darah perempuan itu mewarnai salju yang berada di bawahnya.
Warna merah pekat pada salju terlihat menyerupai es serut yang ditumpahi sirup berwarna merah. Namun dengan mayit perempuan yang terbelah di bab atasnya, yang secara seketika menciptakan suasana menjadi mengerikan.
Tetapi si masinis buru-buru menghapus pikiran mengerikan itu dan segera kembali pada temannya.
“Ada apa?” tanya sang masinis satunya dikala melihat temannya kembali.
“Ada...ada perempuan tertabrak. Kondisinya sangat mengerikan. Kemungkinan ia melompat dari atas jembatan. Aku akan memanggil pinjaman ke pos polisi terdekat. Kau tetap di sini ya?”
Pada zaman itu, komunikasi belumlah secanggih sekarang. Apalagi dikala itu cuaca sedang buruk.
Si masinis tadi balasannya meninggalkan temannya untuk mencari bantuan.
Masinis satunya dengan sabar menunggu di dalam lokomotif. Ia tahu tidak ada agenda kereta lain melewati kawasan itu, jadi beliau dengan hening menunggu di lokomotif. Selain itu, lokasi ini amat terpencil. Bahkan tak ada satupun rumah di sana.
Hujan salju telah berhenti, meninggalkan tumpukan salju yang tebal di luar. Hanya ada lampu-lampu jalan dari tiang listrik yang menemani lokomotif itu di tengah kegelapan malam.
Beberapa dikala berlalu dan si masinis mulai mendengar bunyi di luar lokomotif.
“Sreeeek...sreeeek...”
Terdengar menyerupai bunyi sesuatu tengah diseret.
“Soichi?’ masinis itu memanggil nama temannya tadi. Namun mana mungkin ia kembali secepat itu.
Masinis itu mendekat pintu.
“Halo, ada orang di situ?”
Tiba-tiba pintu lokomotif terbuka,
“Braaaaaak!!!”
Diikuti jeritan masinis itu di tengah kegelapan malam.
* * *
Beberapa jam kemudian barulah Soichi, masinis satunya kembali bersama sejumlah polisi. Mereka harus melewati jalanan yang penuh dengan tumpukan salju sehingga memerlukan waktu yang usang untuk kembali.
Namun begitu hingga di TKP, sesuatu yang gila terjadi. Hanya terdapat satu bab badan dari perempuan itu yang terdapat pada rel.
Tepatnya hanya bab bawah perempuan itu saja, sementara bab atasnya menghilang.
Tetapi di sana terlihat ceceran darah, dan jejak menyerupai seretan.
"Apa ada yang memindahkan badan perempuan itu?" pikir si masinis. "Namun mana mungkin. Apa tujuannya?".
kemudian, si masinis dan para polisi pun menuju lokomotif yang ia tinggalkan tadi.
“Sato!” soichi memanggil sahabat masinisnya.
Ia heran melihat pintu lokomotif terbuka.
Ia masuk tetapi tidak melihat siapapun di dalam lokomotif, hanya ada tumpukan salju yang masuk melalui pintu yang terbuka.
Masinis itu sangat sangat heran. Temannya yaitu orang yang sangat bertanggung jawab. Mana mungkin ia meninggalkan lokomotif ini begitu saja dikala ia diminta menjaganya?
Soichi dan para polisi balasannya fokus berusaha mencari Sato terlebih dahulu. Namun tampaknya beliau telah lenyap ditelan malam.
Tak ada jejak di tanah. Semua jejak sudah tertutup oleh salju yang kembali turun.
Beberapa jam mereka mencari tanpa hasil.
Saat Soichi si masinis mulai putus asa, ia mendongak ke atas.
Napasnya seakan terhenti.
Dengan ketakutan ia menunjuk ke atas. Para polisi pun ikut memandang ke atas.
Mereka semua ketakutan melihat pemandangan yang tersaji di hadapan mereka. Bahkan pengalaman para polisi itu selama puluhan tahun menangani masalah kejahatan menyerupai tak ada apa-apanya. Mereka belum pernah melihat sesuatu semengerikan ini.
Di atas tiang listrik, badan Sato si masinis sudah kaku alasannya yaitu membeku.
Wajahnya tampak ketakutan setengah mati. Entah apa yang telah membunuhnya, suhu yang di bawah nol ataukah rasa takutnya.
Sementara di pinggangnya melingkar bab atas badan perempuan yang tertabrak tadi.
Bagian atas badan perempuan itu telah kaku dengan posisi memegang pinggang Sato si masinis dengan sangat erat.
- - END - -
*konon penamaan 'teke teke' diambil dari bunyi dikala mahluk ini sedang bergerak. Suara menyerupai "tek.. tek.. tek.."
source:
mengakubackpacker.blogspot.com
Share This :
comment 0 Comment
more_vert