MASIGNCLEAN101

Pengertian Sistem Religi Dan Unsur-Unsur Yang Ada Di Dalamnya

Pengertian Sistem Religi Dan Unsur-Unsur Yang Ada Di Dalamnya
Senin, 23 Desember 2013
Sumber: Arsip Het Paradijs van Java

Sistem religi sangat dekat sekali kaitannya dengan kehidupan insan bahkan sejak insan purba masih hidup. Hal ini bisa dibuktikan dengan adanya temuan fosil-fosil insan yang berumur sekitar 500.000 tahun yang kemudian di Eropa, dimana fosil insan tersebut ditemukan dalam keadaan terlentang yang ibarat orang yang telah dikubur.

Selain itu ditemukan adanya artefak-artefak yang menguatkan ihwal adanya insan purba yang sudah dikubur tersebut. Hal itu tentu menerangkan bahwa pada masa kehidupan insan purba pun mereka sudah mengenal dasar-dasar aktifitas religi, sebab intinya dengan adanya penguburan tersebut, berarti secara tidak eksklusif insan pada masa itu sudah mempunyai keyakinan bahwa akan ada kehidupan lagi sesudah kematian.

Pada dasarnya kelakuan insan yang bersifat religi itu terjadi sebab insan mulai sadar akan adanya faham jiwa. Manusia yang berperilaku religi terjadi dengan maksud untuk menghadapi krisis-krisis yang ada dalam jangka waktu hidup manusiaOleh sebab itu religi penting dalam kehidupan insan sebab akan mewujudkan suatu keteraturan dalam kehidupan dalam bermasyarakat.

Konsep religi merupakan wujud dari religi yang tertua berupa tindakan-tindakan insan untuk mengadakan keperluan-keperluan hidupnya yang tak sanggup dicapainya secara naluri atau dengan akalnya. Kemudian konsepnya berkembang lebih dalam bahwa sentra dari tiap sistem religi dan kepercayaan di dunia yaitu ritus (biasanya ritus kematian) dan upacara. Ritus dan upacara akan bersifat kosong dan tak bermakna apabila tingkah laris insan didalamnya didasarkan pada budi rasional dan logika.

Baca Juga : Pengaruh Budaya Asing terhadap Kebudayaan di Indonesia

Jika kita lihat dari pengertiannya religi berasal dari bahasa latin yaitu relegare dan religare. Religare sanggup diartikan sebagai suatu perbuatan yang memperhatikan kesungguhan dalam melakukannya, sedangkan relegare sanggup diartikan sebagai perbuatann bersama dalam ikatan yang saling mengasihi.

Menurut Emile Durkheim yang beropini bahwa religi sebagai keterkaitan orang pada sesuatu yang dipandang sakral yang berfungsi sebagai simbol masyarakat dan saling ketergantungan orang-orang dalam masyarakat yang bersangkutan.

Pada dasarnya para jago mempunyai pendapat yang berbeda ihwal pengertian teori dan konsep religi. Namun dari konsep dan teori yang ada menegenai religi tersebut kemudian menghasilkan unsur-unsur dasar dalam sistem religi. Terdapat 5 unsur dasar di dalam sistem religi yaitu :

Emosi keagamaan (religious emotion), merupakan getaran jiwa yang pernah dirasakan insan dalam jangka waktu hidupnya yang mendorongnya berperilaku religi.

Sistem kepercayaan (believe system), merupakan unsur religi yang berafiliasi dengan bayangan insan terhadap dunia gaib.

Sistem upacara keagamaan, merupakan kelakuan keagamaan yang dilaksanakan sesuai dengan tata kelakuan yang baku dengan urutan-urutan yang dilarang dibolak-balik.upacara berupaya menerangkan adanya keyakinan terhadap sesuatu dan sekaligus memantapkannya.

Kelompok keagamaan (religious community), merupakan kesatuan kemasyarakatan yang mengkonsepsikan dan mengaktifkan suatu religi beserta sistem upacara keagamaannya.

Peralatan dan perlengkapan upacara, merupakan unsur religi yang yang tidak sanggup dipisahkan. Peralatan/perlengkapan upacara menjadi salah satu komponen penting dalam pelaksanaan suatu upacara.




Lalu Bagaimana dengan Agama? Apakah Agama pecahan dari Sistem Religi?

Di dalam kajian antropolgi, kelompok-kelompok penganut agama tersebut sanggup dimasukkan ke dalam unsur yang ke-empat dari sistem religi, yaitu kelompok keagamaan.

Anthony F. C. Wallace mendefinisikan agama sebagai perangkat upacara yang diberi rasionalitas mitos dan yang menggerakan kekuatan-kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai atau untuk menghindarkan sesuatu perubahan keadaan pada insan atau alam. Definisi ini memilki makna bahwa bila insan tidak bisa mengatasai masalahnya yang serius yang mengakibatkan kegelisahan, ia berusaha mengatasinya dengan memanipulasi mahluk atau kekuatan supernatural.

Untuk itu dilakukan upacara keagamaan yang oleh Wallace dipandang sebagai tanda-tanda agama yang utama atau agama sebagai perbuatan (religion in action). Fungsi utamanya untuk memantapkan kepercayaan pada dirinya sendiri, yang penting untuk memelihara keadaan insan biar tetap siap menghadapi realitas. Penjelasan ini mengandung pengertian nilai agama untuk menghadapi hidup.

Baca Juga : Agama yang dianut oleh Orang Jepang

Jadi, agama sanggup dipandang sebagai kepercayaan dan rujukan sikap untuk mengendalikan aspek alam semesta yang tidak sanggup dikendalikannya. Dalam semua kebudayaan manusia, tidak ada sesuatu yang secara sungguh-sungguh dengan niscaya sanggup mengendalikan alam semesta kecuali agama. Inilah yang mengakibatkan agama menjadi pecahan dari kebudayaan umat insan yang mempunyai keragaman.


Sumber :
Manusia dan Kebudayaan di Indonesia (Koentjaraningrat, 1999)
Pengantar Antropologi (Harsojo, 1984)
Pengantar Antropologi (Sugeng Pujileksono, 2009)
Sejarah Teori Antropologi I (Koentjaraningrat, 2010)
Sumber https://bapigif.blogspot.com/
Share This :

Related Post