
Selasa, 09 Oktober 2012
Arkeologi secara sederhana sanggup di definisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari ihwal kebudayaan insan di masa lalu. Hal ini tentunya hampir sama dengan pembahasan dalam ilmu antroplogi yang sama-sama termasuk ilmu humaniora. Akan tetapi yang menjadi pembeda di antara keduanya ialah jikalau antropologi membahas ihwal kebudayaan insan dilihat dari sisi aktifitas dan kebiasaan insan sebagai objek penelitian maka arkeologi melihatnya lebih kepada peninggalan-peninggalan kebudayaan insan yang bersifat fisik atau bendawi.
Barang-barang dari peninggalan kuno bersejarah ini biasa dikenal dengan sebutan artefak. Adapun objek dari penelitian tersebut contohnya saja sanggup berupa prasasti, benda-benda peniggalan insan masa kemudian menyerupai peralatan perang, peralatan makan dan bahkan juga sanggup berupa dokumen-dokumen peniggalan masa lampau.
Barang-barang dari peninggalan kuno bersejarah ini biasa dikenal dengan sebutan artefak. Adapun objek dari penelitian tersebut contohnya saja sanggup berupa prasasti, benda-benda peniggalan insan masa kemudian menyerupai peralatan perang, peralatan makan dan bahkan juga sanggup berupa dokumen-dokumen peniggalan masa lampau.
Yang terperinci diantara kedua ilmu tersebut yakni arkeologi dan antropologi akan saling berhubungan, alasannya pada dasarnya arkeologi sebagai cabang dari sebuah ilmu sedianya tidaklah sanggup berdiri sendiri, melainkan akan selalu memerlukan ilmu bantu lain sebagai aksesori di dalam mempelajari ilmu arkeologi itu sendiri.
Lalu arkeologi sebagai bab dari cabang ilmu humaniora setidaknya akan berafiliasi dengan dua ilmu yang mempunyai kedekatan satu dengan yang lain didalam membedah ilmu arkeologi, salah satu contohnya yaitu bahwa ilmu arkeologi akan selalu berafiliasi dan saling berkaitan dengan ilmu antropologi dan juga ilmu sejarah. Dari ketiga ilmu tersebut, saat saling berkaitan maka akan memunculkan sebuah irisan, dimana dari setiap irisan tersebut akan menghasilkan sebuah ilmu yang baru.
Irisan antara ilmu arkeologi dengan ilmu sejarah (history) akan menghasilkan ilmu arkeologi sejarah (historical archaelogy), sedangkan hasil dari irisan arkeologi dengan antropologi akan menghasilkan arkeologi budaya (ethno archaelogy).
Historical archaelogy merupakan bentuk dari ilmu arkeologi yang berafiliasi dengan sebuah peristiwa-peristiwa masa kemudian atau sebuah peeristiwa sejarah, dimana di dalam setiap peristiwa-peristiwa masa lampau tersebut telah meninggalakan peninggalan sejarah berupa benda-benda maupun situs-situs yang nantinya benda-benda atau situs-situs tersebut akan dijadikan sebagai materi penelitian dari ilmu arkeologi. Dalam hal ini arkeologi berfungsi sebagai suatu materi atau sumber dalam merekonstruksi insiden masa kemudian yang pernah terjadi. Kaprikornus sanggup dikatakan bahwa arkelogi ialah ilmu bantu dalam penelitian ilmu sejarah.
Baca Juga : Perkembangan Ilmu Sosiologi dan Tokoh-tokoh yang Mempengaruhi Ilmu Sosiologi
Ethno archaelogy merupakan bentuk dari ilmu arkeologi yang berafiliasi dengan kebudayaan masyarakat yang hidup pada zaman dahulu. Dengan ilmu ini maka sanggup terlihat apakah suatu peninggalan itu cocok dengan budaya masyarakat yang berkembang pada masa itu ataukah tidak. Sehingga dengan proteksi ilmu ini arkeologi sanggup merekonstruksi kehidupan masyarakat pada masa kemudian melalui data materi maupun non materi dari tradisi masyarakat dan kebudayaan yang berlaku pada masa itu. Dengan ilmu bantu itu arkeologi juga sanggup memperkirakan temuan dari benda-benda atau peninggalan masa kemudian itu, berasal dari budaya mana atau pada masa kapan masyarakat itu hidup.
Unsur Mitos dalam Ilmu Arkeologi
Satu hal yang terkadang selalu muncul di dalam pembahasan ilmu arkeologi ialah ihwal hadirnya unsur mitos di dalam sebuah objek penelitian ilmu arkeologi.
Hal ini biasanya terjadi alasannya adanya pemahaman atau kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat terhadap situs arkeologi yakni benda-benda peninggalan masa lampau dimana setiap benda peninggalan tersebut dianggap oleh masyarakat mempunyai kekuatan atau manfaat yang tidak sanggup dijelaskan oleh logika sehat pada umumnya.
Biasanya mitos-mitos ini sanggup berupa pantrangan atau larangan-larangan yang dilarang dilakukan oleh orang yang berada didalam sebuah situs arkeologi, ataupun mitos-mitos tersebut sanggup pula berupa kekeramatan akan sebuah benda atau peninggalan di masa lalu.
Simbol keramat ini yang kemudian sering kali menciptakan orang-orang untuk tiba berbondong-bondong melaksanakan ziarah ke daerah yang dianggap mempunyai tuah tersebut dengan tujuan yaitu untuk mendapatkana berkah.
Hal ini biasanya terjadi alasannya adanya pemahaman atau kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat terhadap situs arkeologi yakni benda-benda peninggalan masa lampau dimana setiap benda peninggalan tersebut dianggap oleh masyarakat mempunyai kekuatan atau manfaat yang tidak sanggup dijelaskan oleh logika sehat pada umumnya.
Biasanya mitos-mitos ini sanggup berupa pantrangan atau larangan-larangan yang dilarang dilakukan oleh orang yang berada didalam sebuah situs arkeologi, ataupun mitos-mitos tersebut sanggup pula berupa kekeramatan akan sebuah benda atau peninggalan di masa lalu.
Simbol keramat ini yang kemudian sering kali menciptakan orang-orang untuk tiba berbondong-bondong melaksanakan ziarah ke daerah yang dianggap mempunyai tuah tersebut dengan tujuan yaitu untuk mendapatkana berkah.
Contoh kecil dari masih adanya kepercayaan masyarakat ihwal adanya unsur mitos sanggup kita lihat pada bangunan di area Masjid Agung Demak, Jawa Tengah.
Di wilayah masjid agung tersebut ada beberapa area yang dikeramatkan, contohnya saja di sekitar area makam, dimana para pengunjung yang tiba kesana hampir semua mempunyai tujuan untuk berziarah.
Salah satu benda yang dikeramatkan di area tersebut ialah gentong kong yang berasal sekitar periode ke-14M, dimana didalam gentong tersebut berisi air yang dianggap suci oleh masyarakat setempat yang apabila orang membasuh muka atau berwudhu dengan memakai air itu, dipercaya bahwa orang tersebut akan menerima berkah, segera menerima jodoh dan bahkan menjadi baka muda.
Bagi para kaum intelektual atau ilmuwan hal itu mungkin saja dianggap tidak mempunyai landasan dasar dari ilmu yang telah mereka pelajari. Namun demikian dengan adanya unsur mitos tersebut kita tetap harus menghargainya alasannya hal itu ialah bab dari budaya masyarakat itu sendiri.
Terlepas dari benar atau tidaknya yang terperinci mitos tersebut oleh masyarakat sekitar masih dipercayai sampai sekarang. Hal itu tentunya bagi kita harus disikapi dengan positif, bukan problem percaya atau tidaknya melainkan biar kita ataupun orang-orang sanggup menghargai budaya dan tentu juga sanggup menjaga terhadap benda-benda peninggalan masa lalu.
Baca Juga : Pengertian Sejarah Mikro atau Micro History
Sumber https://bapigif.blogspot.com/
Share This :
comment 0 Comment
more_vert