MASIGNCLEAN101

Delapan Tips Menulis Bagi Jurnalis Pemula

Delapan Tips Menulis Bagi Jurnalis Pemula
Kamis, 29 Juli 2010

DELAPAN TIPS MENULIS BAGI JURNALIS PEMULA


ramashok.id-Menulis Sebuah isu tidak hanya cukup memahami kaidah 5w + 1 H dan piramida terbalik saja.Latihan menulis secara continue akan lebih melatih kemampuan untuk menciptakan laporan jurnalistik dalam bentuk isu yag menarik untuk dibaca.
Sebelum masuk ke pembahasan teknik penulisan berita,ada baiknya kita perlu memahami apa isu itu sendiri.

berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia, isu artinya dongeng atau keterangan mengenai insiden atau insiden yang hangat; kabar; laporan; pemberitahuan; pengumuman.
Nah,secara garis besarnya menulis isu artinya menuliskan kembali insiden yang kita liput kemudian membahasakannya melalui goresan pena sesuai dengan prinsip prinsip jurnalistik.
berikut ini sedikit tips jurnalisme pemula,bagaimana menciptakan sebuah isu yang menarik dengan tetap berdasar ada isyarat etik jurnalistik,sehingga layak di baca oleh banyak orang dan menjadi rujukan isu yang terperceya.


  1. Menulislah dengan jujur.

    Fakta dihentikan dipelintir,ditambahi ataupun dikurangi. Seorang Jurnalis harus Independen dan berimbang dalam memuat sebuah pemberitaan.Menulis Berita Bohong yaitu Dosa yang teramat besar bagi wartawan.apalagi kalau kebohongan tersebut ditujukan untuk menjatuhkan pihak lain.Contoh kecil misalnya,Demonstrasi yang di ikuti oleh puluhan orang ,agar terkesan menarik ditulis ratusan atau ribuan orang.

    Berita bohong ibarat ini sangat sering muncul apalagi menyangkut urusan politik elektoral semisal pilkada.Ataupun membangun opini sesat tidak disertai data yaitu bentuk kebohongan jurnalistik.Kalaupun memungkinkan, harus menulis interpretasi atas sebuah fakta, tuliskanlah di paragraf terpisah, dan tunjukkan secara terperinci kepada pembaca supaya mereka tahu mana yang fakta dan mana opini atau penafsiran si wartawan.

    Reporter yang meliput isu di lapangan harus bersikap independen terhadap semua pihak yang terkait dengan topik tulisannya. Berikan kesempatan yang sama bagi semua narasumber untuk menjelaskan versi mereka, jangan memvonis kebenaran. Wartawan boleh tidak netral, contohnya kalau harus memihak pada rakyat yang jadi korban penindasan penguasa, namun harus selalu independen dan berimbang dengan memperlihatkan kesempatan pada penguasa untuk berbicara.
  2. Tanda Baca dan teladan piramida terbalik.

    Berhati-hatilah menggunakan tanda baca koma. Bila salah penempatan, maka redaktur di kantor redaksi bisa salah memahami laporan anda. “Budi memukul,Andi ditangkap polisi"(yang memukul ialah si budi, kok malah Andi yang ditangkap) yaitu berbeda maknanya dengan “Budi memukul Andi,ditangkap polisi” (ini benar, yang ditangkap yaitu Budi)

    Menulis isu biasa haruslah dalam format piramida terbalik. Yang paling penting di bab paling atas; alinea-alinea di bawahnya semakin kurang penting. Saya sering membaca isu yang memuat nama-nama pejabat yang menghadiri sebuah program seremonial pada alinea kedua atau ketiga, padahal inti beritanya justru di alinea kelima atau bahkan menjelang akhir.
  3. Catat dengan detail. Dengarkan dengan cermat. Rekam, jangan andalkan ingatan.

    Saya sering melihat reporter yang gres beberapa tahun bekerja melaksanakan wawancara atau liputan isu di lapangan dengan tidak mencatat sama sekali! Manusia dengan otak super! Bahkan hanya duduk di warung kopi dengan jarak seratusan meter dari lokasi demo atau program seremonial yang akan jadi topik beritanya. Tapi sepulang meliput, ia bisa dengan santai menulis isu di komputer warnet, tanpa takut sedikit pun bahwa kemungkinan ada data dan fakta yang salah-tulis.

    Wartawan pemula sering aib untuk bertanya, “Pak Kadis, ejaan nama Bapak yang benar Jhonny atau Joni atau bagaimana?”Kalau narasumber mengucapkan kalimat dengan makna ganda atau kurang jelas, tanyakan kembali dan tegaskan. Jangan hingga yang ia maksud yaitu “Polisi belum akan menyidik dia” tapi anda tulis dalam isu sebagai “Polisi tidak akan menyidik dia”.
  4. Tulis dalam kalimat yang jelas, lengkap, dan jernih.

    Redaktur akan membiarkan naskah isu reporter yang ditulis dengan kalimat yang membingungkan, alasannya yaitu ia dikejar tenggat menuntaskan halamannya. Kalau anda menulis isu kriminal ihwal mencuri, maka sebutkan sejelas-jelasnya SIAPA yang mencuri, SIAPA yang menjadi korban, dan APA yang dicuri. Jangan anda malah asyik menulis BAGAIMANA pencurian itu terjadi, atau undangan kapolsek semoga warga melaksanakan ronda malam.

    Yang paling fundamental dalam sebuah isu biasa ialah APA dan SIAPA, gres kemudian DI MANA, KAPAN dan yang lainnya. Jangan tulis “Menurut Amir, bla-bla-bla…” tanpa anda jelaskan siapa itu si Amir; apakah ia demonstran, penonton agresi demo, atau pendukung pihak yang didemo.

    Sering saya melihat pembaca isu menggerutu, “Apa maksudnya isu ini, tak jelas.” Berita mesti ditulis dengan kalimat yang jernih. Susunlah kalimat-kalimat tunggal, dan sebisa mungkin hindari menggunakan anak kalimat bila hal itu berpotensi menciptakan pembaca bingung.
  5.  Fokus pada topik berita. Jangan melebar ke sana-sini.

    Sejak meliput dan wawancara di lapangan, reporter koran sudah harus tahu apa topik atau sudut pandang laporannya. Bila menentukan “nasib guru honorer berupah kecil”, maka temuilah pihak-pihak yang terkait dengan isu tersebut. Selain wawancara dengan guru, tanyai juga kepala sekolah, pejabat Dinas Pendidikan, anggota DPRD dari komisi yang membidangi pendidikan, pensiunan guru, dll. Jangan malah anda hanya mengutip komentar penggagas LSM alasannya yaitu ia punya saudara yang gres diputus-kontrak sebagai guru honorer.

    Kalau contohnya anda kesal melihat seorang pejabat yang suka berindehoi di kafe-kafe malam, maka liputlah itu secara khusus dan jangan selipkan pada isu bertopik lain, “Ditanya mengenai dugaan korupsi stafnya, Kepala Dinas yang sering berdisko di Tenda Biru ini mengatakan….” Terlalu nampak ‘kalau ak dikasih amplop.ngoahahaha..:)
  6. Tulis dengan proporsional, jangan berlebihan.
    Ini kelemahan banyak reporter di daerah. Fakta yang diperoleh dari narasumbernya, katakanlah kejaksaan, yaitu bahwa Kabag Umum sedang diselidiki terkait kasus dugaan penggelembungan dana pembelian seprai dan gorden rumah dinas bupati. Tapi kemudian ditulisnya dalam isu “Tapanuli Utara sarang korupsi”. Jika anda ingin menulis isu Tapanuli Utara sebagai sarang korupsi, maka beberkanlah sekian banyak data kasus korupsi di kawasan itu.
  7. Periksa kalimat kutipan, pernyataan off the record, konfirmasi, dan “ucapan di warung kopi”.

    Jangan biarkan beritamu mempunyai celah untuk digugat ke pengadilan. Jika harus menulis kalimat langsung, maka tulislah ibarat apa adanya diucapkan oleh narasumber. Bila ia mengucapkan kalimat dalam bahasa daerah, contohnya bahasa Batak, telitilah ketika menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia.

    Saat melihat catatan atau mendengar rekaman wawancara, bila anda resah atau lupa mana bab informasi yang merupakan pernyataan off the record (tidak untuk ditulis) dan mana yang bukan, tunda dulu menuliskan bab itu sebelum berhasil mempertanyakan kembali pada narasumber berita.
  8. Patuhilah isyarat etik jurnalistik yang melarang wartawan melaksanakan plagiat atau menjiplak.

    Jangan kira bila anda mengutip beberapa kalimat isu dari koran lain, atau menyadur materi dari Internet, maka hal itu tidak akan ketahuan. Percayalah, cepat atau lambat akan ada pembaca yang komplain dan menyampaikannya kepada redaksi anda di kantor. Jika begitu, karir kewartawanan anda sudah sedang di ujung tanduk. Redaktur anda akan wanti-wanti untuk menerbitkan isu yang anda laporkan, dan koran lain pun akan berpikir keras untuk mendapatkan lamaran dari wartawan tukang jiplak.

demikian tips menulis bagi jurnalis pemula,hasil resume beberapa artikel dari beberapa artikel sumber.tips lain silahkan ditambahkan sendiri di kolom komentar.


DELAPAN TIPS MENULIS BAGI JURNALIS PEMULA

Share this

Share This :

Related Post