MASIGNCLEAN101

Sejarah Perkembangan Historiografi Indonesia

Sejarah Perkembangan Historiografi Indonesia
Sabtu, 27 Juni 2009
Gambar tangan di Gua prasejarah Leang-leang
Historiografi merupakan salah satu cara untuk melegitimasi ihwal adanya suatu bukti sejarah dalam satu periode kehidupan di suatu wilayah atau suatu negara yang umumnya berupa sebuah tulisan. Dengan historiografi kita sanggup mengetahui ihwal budpekerti maupun kebiasaan yang biasa dilakukan oleh orang-orang pada suatu masa tertentu. Kaprikornus secara tidak eksklusif sanggup dikatakan bahwa historiografi tidak hanya berupa tulisan-tulisan sejarah yang biasanya ada di dalam buku saja, melainkan juga sanggup berupa bukti peninggalan kehidupan orang-orang pada masa lampau ibarat goresan pena atau gambar yang ada pada media alam ibarat prasasti yang biasanya diukir di dalam sebuah batu.

Di Indonesia sebelum adanya Historiografi yang berbentuk tulisan-tulisan, terlebih dahulu diawali dengan sebuah gambar-gambar yang banyak terdapat di dalam gua-gua atau di pinggir pantai dan berupa gambar ibarat telapak tangan, binatang, dsb. Gambar-gambar tersebut sanggup kita temukan di tempat ibarat di Gua Leang-leang di Sulawesi, Kepulauan Kei, Seram dan juga di Kalimantan. Gambar-gambar tersebut diperkirakan berasal pada masa 18.000-17.000 S.M dan gambar-gambar tersebut mewakili ungkapan perasaan dari pikiran insan pada waktu itu.

Seperti yang telah disinggung diatas sebelumnya bahwa Historiografi gres dimulai di Indonesia saat orang sudah memulai untuk menciptakan goresan pena ihwal sebuah insiden yang terjadi. Menurut Ayat Rohaedi, historiografi di Indonesia yang berbentuk goresan pena dimulai dengan ditemukannya sebuah prasasti.

Prasasti yang pertama kali ditemukan di Indonesia yaitu prasasti yang ditemukan di tempat Kalimantan Timur yang diperkirakan dibentuk pada awal periode ke-5 M. Terdapat tujuh buah watu yupa yang memuat prasasti tersebut. Prasasti berupa yupa tak bertahun ini ditemukan di hulu Sungai Mahakam, Kabupaten Kutai, Kalimantan Timur. Prasasti itu menjelaskan ihwal adanya sebuah kerajaan di Kalimantan Timur, yang berjulukan Kerajaan Kutai alasannya yaitu letaknya yang berada di Kabupaten Kutai. Prasasti tersebut ditulis dengan memakai karakter Pallawa dan berbahasa sansakerta.

Isi dari prasasti tersebut bercerita ihwal seorang Raja yang berjulukan Mulawarman yang telah memperlihatkan pinjaman berupa 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana. Prasasti itu juga menyebutkan bahwa Mulawarman yaitu cucu dari Kudungga dan anak dari Aswawarman. Prasasti tersebut merupakan sebuah bukti peninggalan paling tertua dari adanya kerajaan Hindu yang terdapat di Indonesia.

Historiografi di Indonesia, yang tergolong ke dalam jenis yang ada di luar prasasti gres dimulai saat Mpu Prapanca menulis kitab yang berjudul Negarakertagama atau Dasawarnana pada tahun 1365. Kemudian Hstoriografi di Indonesia berkembang baik dalam hal isi, bentuk, ruang lingkup maupun pendekatannya. Setelah itu Historiografi di Indonesia pun terus mengalami perkembangan.

Baca Juga : Perkembangan Historiografi Eropa dan Asia

Dalam perkembangannya tersebut periode Historiografi di Indonesia sanggup dibagi menurut kronologisnya waktunya, dimana Historiografi di Indonesia sanggup dibedakan kedalam beberapa belahan atau kategori yaitu ; Historiografi Tradisional yang merupakan belahan awal dari historiografi di Indonesia, dan Historiografi Kolonial yang ada semenjak orang-orang Eropa atau orang-orang Belanda tiba ke Indonesia untuk menjajah.

Historiografi kolonial bersifat Neerlandosentris atau Belanda sentris ataupun Eropa sentris alasannya yaitu orang-orang Eropalah yang menulis dan menjadi tokoh utama dalam historiografi tersebut. Perkembangan terkahir yang ada hingga kini yaitu Historiografi yang memakai metode kritis dalam penelitiannya yaitu terdapat di dalamnya Historiografi Nasional dan Historiografi Modern.


Pembagian Waktu Historiografi di Indonesia

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa historiografi di Nusantara (Indonesia) setidaknya sanggup dibagi ke dalam beberapa periode menurut kronologis waktunya.

1. Historiografi tradisional.
Historiografi tradisional ini merupakan tahap awal dari perkembangan Historiografi yang ada di Indonesia. Penulisan sejarah Historiografi tradisional biasa ditulis secara tradisional.

Menurut bentuknya historiografi tradisional sanggup dibagi menjadi beberapa macam, yaitu ; (a) bentuk mitos yang merupakan historiografi tradisional yang menggambarkan kenyataan menurut emosi dan kepercayaan, yang dimana mitos ini selalu berafiliasi dengan hal-hal yang gaib. (b) bentuk genealogis, yaitu bentuk penulisan sejarah yang berafiliasi dengan silsilah yaitu bagaimana kekerabatan antara satu generasi dengan generasi berikutnya. (c) bentuk kronik, yaitu suatu historiografi yang menjelaskan bagaimana sebuah insiden terjadi yang dilihat dari sudut pandang kronologis waktu atau dimensi waktu. (d) bentuk annals, yaitu suatu historiografi yang termasuk kedalam jenis kronik. Namun perbedaanya dengan kronik yaitu, apabila annals sudah tidak lagi menceritakan ihwal kehidupan dewa-dewa, ditambah lagi bahwa annals sudah terdapat interpretasi dari penulisnya.

Historiografi tradisional sangat aneka macam jenisnya dari mulai historiografi yang berbentuk syair maupun puisi, hingga historiografi yang berbentuk biografi tokoh dengan cerita-cerita yang umumnya terdapat unsur religio magis.

Adapun contoh dari Historiografi tradisional yang umum ditemui di Indonesia yaitu ibarat kisah wawacan panji wulungbabad panjalu, babad tanah jawibabad tanah sunda, carita parahyangan, serat menak (yogyakarta), serat centhini, serat jaka rusul, naskah bandar bima, lontarak soppeng dan lain sebagainya.

Sementara untuk historiografi tradisional yang ada di luar negeri salah satu misalnya yaitu kojiki yang berasal dari Jepang. Kojiki merupakan salah satu historiografi tertua yang ada di Jepang. Isi dari naskah kojiki ini banyak menceritakan asal undangan ihwal sejarah negara jepang ibarat berdirinya negara jepang di bawah kekuasaan Yamato.


2. Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial dimulai saat orang-orang Eropa khususnya orang Belanda mulai tiba ke Indonesia untuk berdagang. Sebenarnya dalam historiografi Kolonial ini pada awalnya tidak dimaksudkan untuk menulis sebuah Historiografi, melainkan mereka para penjelajah menulis sebuah goresan pena hanyalah untuk catatan-catatan bagi kepentingan Kolonial. Catan itu sanggup berupa laporan-laporan manajemen maupun sebagai laporan perdagangan.

Historiografi jenis ini juga sering disebut dengan istilah Nederlanders Buitengaats atau Geschiedenis der Nederlanden Buiten Europa yang merupakan sejarah orang-orang Belanda di luar Eropa.

Pandangan dari penulisan Historiografi ini bersifat Neerlandosentris atau Eropasentris, dimana orang-orang Belanda atau orang-orang Eropa menjadi tokoh utamanya dalam penulisan dari setiap sejarah tersebut.

Sejarah Kolonial juga sering disebut dengan "sejarah dari geladak kapal" yang artinya bahwa sejarah dimulai dari kapal-kapal yang melaksanakan pelayaran dan penjelajahan, dimana biasanya orang yang ada di dalam kapal-kapal selalu menuliskan laporan ihwal pelayarannya tersebut.

Selain itu, ada juga istilah lainnya yaitu "sejarah dari balik meja". Sejarah ini menjelaskan bagaimana orang-orang Belanda yang menulis ihwal sejarah Hindia Belanda (Indonesia), namun orang tersebut belum pernah tiba secara eksklusif ke Hindia Belanda satu kalipun, sehingga beliau menulis ihwal Hindia Belanda hanya menurut sumber sekunder saja.

Adapun contoh-contoh laporan dokumen yang ditulis oleh orang Belanda pada waktu itu berupa ; (a) Sheepsjournalen, yaitu laporan-laporan kapal yang diterbitkan pada sekitar periode ke-17, (b) Placaet-book, yaitu selebaran ihwal pengumuman-pengumuman sebuah pelayaran atau perdaganagan, (c) Ordonnantie, yaitu sebuah peraturan-peraturan, (d) Daghregister, yaitu catatan-catatan harian resmi yang ditulis di benteng atau loji di Batavia, (e) Rapporten, yaitu laporan-laporan yang dibentuk oleh para pegawai VOC, dan (f) Reis Verhalen, yaitu sebuah kisah perjalanan, yang ditulis oleh orang-orang Belanda yang melaksanakan pelayaran  dengan mencatat semua acara dan keadaan yang mereka lihat dan dengar.

Historiografi Kolonial sering juga disebut sebagai suatu hal atau bukti yang sanggup dipercaya, alasannya yaitu tidak ada unsur mitos dan unsur sastra didalam setiap penulisannya, melainkan hanyalah berupa laporan-lapran yang merupakan sebuah fakta.


3. Historiografi Nasional dan Historiografi Modern
Historiografi Nasional dimulai dengan adanya suatu analisis ihwal studi sejarah yang sangat kristis.

Metode kritis yang pertama kali dilakukan yaitu oleh Dr. Hoesein Djajadiningrat dengan adanya goresan pena ihwal karya disertasinya yang berjudul Critische Beschouwing van de Sejarah Banten (1913). Didalam karyanya itu sudah terdapat kritik eksternal dan kritik internal yang memisahkan antara aspek-aspek historis dengan aspek-aspek non-historis.

Baca Juga : Pengaruh Kebudayaan Tionghoa di Indonesia

Penulisan sejarah Nasional dan Modern dimulai sesudah Indonesia merdeka. Pada waktu itu timbul ihwal pentingnya sebuah Nasioanalisme dan pentingnya sebuah penulisan sejarah kristis yang berpandangan Indonesiasentris. Akhirnya pada tahun 1957 diselenggarakanlah seminar Sejarah Nasional pertama yang membahas ihwal filsafat sejarah Nasional, periodesasi sejarah Indonesia, buku-buku teks sejarah Nasional dan pengajaran sejarah.

Karya-karya yang sanggup dikelompokan sebagai karya Historiografi Nasional misalnya yaitu ; Biografi Tengku Umar, Biografi Imanm Bonjol, sejarah perlawanan Pangeran Diponegoro, dan tokoh-tokoh pergerakan Nasional ibarat R.A. Kartini, K.H. Wahid hasyim, dll. Hingga perkembanganya kini Historiografi Indonesia sudah masuk kedalam masa diamana Historiografi modern ditulis.


Sumber :
Historiografi Indonesia (Nina Herlina:2009)
Sumber https://bapigif.blogspot.com/
Share This :

Related Post